Sentra HKI UNTAR, Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah Universitas Tarumanagara |
2019-02-08 |
UNTAR |
Rektor mengatakan, luaran penelitian harus mampu memberi kontribusi bagi kehidupan manusia dalam bentuk buku, naskah akademik, prototipe hingga komersialisasi produk.“Untar siap berkolaborasi dengan bapak dan ibu peneliti,” ujar Agustinus di hadapan peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia.Seperti diketahui, sebanyak 134 makalah dari berbagai bidang ilmu telah diterima oleh panitia SNRM ke II tahun 2018. Pemakalah berasal dari berbagai perguruan tinggi dan instansi di Indonesia, serta perguruan tinggi luar negeri. Setelah melalui proses review, makalah dipresentasikan dalam sesi paralel selama dua hari hingga Sabtu, 24 Maret 2018. Hasil diskusi menjadi acuan perbaikan bagi pemakalah sebelum diterbitkan di Jurnal Muara.
Menurut Direktur PPM Untar, Jap Tji Beng, Ph.D., “Muara” merupakan salah satu Prasasti Kerajaan Tarumanagara, dan merupakan akhir dari perjalanan sebuah sungai. Dengan perumpaan tersebut, suatu penelitian harus bermuara pada publikasi di jurnal ilmiah. “Jurnal Muara melambangkan muara dari perjalanan suatu penelitian”, katanya.Pada hari pertama penyelenggaraan seminar atau sebelum sesi paralel, diselenggarakan diskusi “Membangun Kinerja Luaran Riset” dengan Keynote Speaker Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, S.T., M.T., yang menjabat sebagai Kepala Pusat Inovasi Teknologi Universitas Sebelas Maret, sekaligus Reviewer Nasional Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Pada hari kedua, diselenggarakan diskusi “Strategi Penulisan Ilmiah untuk Jurnal Internasional Bereputasi” oleh Dr. phil. Edo Sebastian Jaya, M.Psi., Psi., akademisi Universitas Indonesia yang juga editor dan reviewer jurnal internasional.Edo yang telah mempublikasikan sepuluh artikelnya di Jurnal Internasional Q1 dan H-Index Scopus 4.00 ini mengatakan, publikasi di jurnal ilmiah mampu memajukanperadaban umat manusia. Menurutnya, usia dan kedudukan tidak menjadi jaminan diterima dan dipublikasikannya artikel dalam jurnal ilmiah bereputasi internasional.Kendati demikian, penulis dengan rekam jejak publikasi yang baik memiliki peluang lebih besar. “Itu indahnya sains karena siapapun bisa melakukan riset dan menemukan sesuatu yang baik. Fakta itu buta terhadap kedudukan sosial dan ekonomi karena fakta itu bisa diakses siapapun,” kata Edo.